Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengaku tidak mengerti mengapa dirinya diminta mundur dan disebut pesimis oleh Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lunggana atau Lulung. Ahok menilai permintaan Lulung itu merupakan upaya untuk memecatnya.
"Kalau nggak mau pindah ya nggak bisa. Orang dari dulunya sudah banjir kok. Jadi saya nggak ngerti salahnya di mana. Itu namanya cari-cari ajalah supaya gimana cara mecat Ahok gitu," cetus Ahok di Balaikota DKI Jakarta, Selasa (4/2/2014).
Mantan Bupati Belitung Timur itu menjelaskan, pernyataannya soal Kampung Pulo akan terus banjir hingga kiamat tidak dimaksudkan sebagai ungkapan pesimis. "Makanya aku nggak tahu salah aku ngomong di mana ya? Aku nggak pesimis," tampik Ahok.
Dituturkan dia, hal itu hanya perumpamaan apabila permukiman Kampung Pulo masih juga berada di bantaran Sungai Ciliwung. Karenanya, ia meminta warga meninggalkan rumah dan mundur 20 meter, agar ada lahan untuk dijadikan sheet pile atau dinding turap.
Menurut Ahok, ilmuwan manapun tak akan bisa menyelesaikan masalah banjir jika rumah-rumah masih saja didirikan di bantaran sungai. Ketika sungai meluap, maka otomatis air akan membanjiri permukiman di kawasan itu.
Oleh karena itu, Ahok berharap agar warga pindah ke rusun, dan kawasan pada radius 20 meter dari bantaran sungai dibersihkan dari bangunan. Sehingga pengerjaan normalisasi Ciliwung dapat berjalan lancar.
"Makanya mesti ngalah 20 meter. Kita kerjain normalisasi Ciliwung," tandas Ahok.
Lulung sebelumnya menilai pernyataan Ahok tentang banjir Kampung Pulo tidak sesuai dengan janjinya kepada warga dahulu untuk menyelesaikan permasalahan banjir Jakarta. Menurutnya, kata-kata Ahok itu dapat membuat warga tersinggung. Bahkan, Haji Lulung mengaku sudah mendapat keluhan dari warga Kampung Pulo.
"Ahok sudah janji selesaikan banjir waktu dia kampanye. Tapi sekarang dia malah bilang bakal banjir terus Kampung Pulo sampai kiamat. Harusnya pemimpin tidak begitu," ucap politisi PPP tersebut.