Sejak lima tahun lalu ia mulai berkecimpung di dunia politik yakni di Partai Kebangkitan Bangsa kabupaten Banjarnegara. Tampilnya sosok muda yang satu ini banyak kalangan terutama para kyai mendorongnya agar dalam pemilu 2014 ia ikut dalam kompetisi calon wakil rakyat. Tak tanggung-tanggung. Bahkan ia dicalonkan sebagai anggota DPR RI dari PKB Dapil 7 meliputi Kebumen Purbalingga dan Banjarnegara.
Baginya ini keinginan masyarakat ini merupakan sebuah amanah yang harus diperjuangkan. Perjuangan pertama adalah sosialisasi diri. Mungkin untuk di kabupaten Banjarnegara nama H. Wakhid Jumali LC sudah tidak asing lagi. Meski demikian untuk Kebumen dan Purbalingga ia masih harus melakukan sosialisasi. Ada pepatah tak kenal maka tak sayang.
Sabtu 29 September 2013 lalu, pria yang di usianya ke 30 masih membujang ini, sengaja merambah ke kabupaten Kebumen tepatnya di Happy Valley Resort Sempor Indah Gombong. Karena di tempat ini ada serombongan insan pendidikan Banjarnegara yang tengah menggelar acara pelepasan salah satu kepala UPT yang memasuki masa pensiun.
Momentum ini tak dilewatkan. Selain untuk silaturahmi dengan kandidat lain dari PKB Kebumen dan Purbalingga, kesempatan ini juga dimanfaatkan untuk memperkenalkan diri sekaligus mohon doa restunya. Sebagai sosok ustad ia pun tak kehilangan akal untuk memikat calon pendukungnya. Dalam kesempatan tersebut ia juga memberikan cinderamata. Dengan harapan pada suatu saat akan mengingat sosok Wakhid Jumali.
“Saya mohon doa restu sekaligus dukungannya. Semoga selalu ingat nama saya,” ujar Jumali yang disambut tawa hadirin.
Politik tidak bisa diperjualbelikan
Selanjutnya pria yang telah melanglang buana selama lima tahun di jasirah Arab ini bertutur bahwa, keberaniannya mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI didorong oleh para Kyai di kabupaten Banjarnegara yang berharap kelak ada keterwakilan yang duduk di pusat. Dukungan kepadanya bukan tanpa alasan. Meski masih relatif muda namun sudah banyak pengalaman baik di bidang ormas maupun partai politik baik dalam maupun luar negeri.
Aktifitasnya di organisasi sosial kemasyarakatan digelutinya sejak ia masih kuliah diiantaranya di IPNU, Lakesdam (Lembaga Kajian Sumber Daya Manusia), PCI NU (Mesir) serta lSM lain dan ia juga aktif di Lembaga Dakwah di Al Fatah.
Pria yang tinggal di desa Parakan Canggah yakni di Pondok Pesantren AL Fatah Banjarnegara ini juga aktif mengajar di UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta untuk mata kuliah Kajian Timur Tengah dan Bahasa Arab.
Ia terpangggil untuk terjun ke duia politik karena ia ingin memberikan andil buah pikirannya dalam rangka memperbaiki karakter bangsa. Menurutnya masalah kakarter ini tidak lepas dari idealisme. Ia melihat saat ini arah idealisme bangsa kita ini kurang jelas. Akibatnya dunia politik dikuasai oleh politikus fragmatis atau politik bandar yang hanya mengejar kepentingan sesaat tanpa mempertimbangkan kelangsungan bangsa dan Negara.
Politik menurutnya adalah perjuangan bukan perdagangan sehingga tidak bisa diperjualbelikan. Terlepas dalam perjuangan itu ada ekses logistis dan lainnya, menurutnya hal itu merupakan sebuah keniscayaan. Namun demikian, prinsipnya adalah untuk perjuangan yang tidak boleh dikalahkan oleh kepentingan pribadi maupun kelompok.
“Apalagi sampai diperjualbelikan,” ujar pria yang sering melakukan pelawatan studi di Timur Tengah ini.
. H.Akhmad Jumali tengah memberikan bingkisan kenang kenangan kepada Aksin Mujadi Ka UPT Diskikpora kec. Pagentan Banjarnegara.
Ia berpendapat apabila para pengampu kebijakan negeri ini baik yang ada di lembaga legislatif, eksekutif, maupun yudikatif tidak memiliki idealisme ia tidak tahu Negara ini mau dibawa kemana.
Dari hasil pengembaraannya di timur tengah, menurutnya dari sana yang dibawa bukan masalah politik domestiknya namun juga geopolitik. Sebab politik domestik ini juga merupakan koridor dari geopolitik.
“Di tanah air saat ini pola dan arah politiknya mengalami kecenderungan terbius dengan lokalisme kepentingan. Untuk itu kita harus membaca juga politik di ranah internasional. Arahnya seperti kita lihat, geopolitik Timur Tengah dimana ada konfik dan gejolak politik, muaranya pada kepentingan ekonomi diantaranya rebutan minyak.
Oleh karenya ia berpendapat bahwa dunia luar memiliki kepentingan besar sehingga apabila kita tidak punya pertahanan secara politik tidak punya independensi dan idealisme maka entah apa jadinya bangsa ini.
“Karena dunia politik ini pintu masuk untuk semua kepentingan,” ujarnya lagi.