Perwakilan Fraksi PDIP dan Partai Gerindra DPRD Provinsi Jawa Tengah menandatangani pernyataan 'damai' setelah didesak puluhan mahasiswa dari PMII Walisongo Semarang yang menggelar aksi keprihatinan terhadap pecahnya DPR RI.

Nota kesepakatan yang disodorkan mahasiswa itu ditandatangani oleh perwakilan Fraksi PDIP, Messy dan dari Fraksi Partai Gerindra, Sriyanto Saputro. Mereka berjanji meski sempat ada gejolak saat penetapan alat kelengkapan dewan, tidak akan ada perpecahan.

"PDIP dan Gerindra dan fraksi yang lainnya di Jateng tidak akan mengikuti perpecahan seperti yang terjadi di Senayan. Kami berjanji akan menyatukan diri tidak ada KIH dan KMP, semua atas nama rakyat," kata Messy saat membacakan nota kesepakatan di depan gedung DPRD Jateng, Jalan Pahlawan Semarang, Kamis (6/11/2014).

"Beberapa hari ini ada gejolak di DPRD Jateng, tapi tidak sama dengan yang ada di sana (Senayan), kita mengacu pada peraturan, di sini tidak ada DPRD tandingan," imbuh Sriyanto.

Aksi unjuk rasa digelar di depan Gedung DPRD Jateng tersebut mendesak DPR RI yang sedang terpecah segera bersatu dan melakukan fungsi-fungsinya. Karena sudah satu bulan dilantik tak kunjung memperlihatkan hasil kerja.

"Kami minta leburkan dualisme di DPR RI atas nama rakyat!" kata koordinator aksi, Zainal Abidin.

Selain orasi dan membawa poster-poster kecaman, puluhan mahasiswa itu juga membawa tikus sebagai simbol koruptor dan melakukan aksi teatrikal.

Dalam rapat paripurna DPRD Jateng dengan agenda pembentukan alat kelengkapan anggota dewan periode 2014-2019 tanggal 22 Oktober lalu, fraksi-fraksi dari KMP melakukan walkout karena merasa pemberitahuan rapat dilakukan mendadak sehingga tidak sempat menyodorkan nama.

Namun meski puluhan anggota dewan walkout, akhirnya nama-nama alat kelengkapan anggota dewan sudah ditetapkan dan mereka berasal dari PDIP, PPP, PKB, dan Partai Demokrat.