Survei yang dirilis Cyrus Network yang menyebut Megawati Soekarnoputri tidak layak menjadi Ketua Umum (Ketum) PDIP dinilai tidak akan mempengaruhi kebijakan partai.
Politikus PDIP, TB Hasanuddin mengatakan, hasil survei itu tidak mewakili internal partai. Sebab, seluruh kader partai masih membutuhkan sosok Megawati sebagai perekat kader.
"Itu survey respondennya kan publik, kalau ditanya kepada kader PDIP pasti jawabannya bahwa kami masih membutuhkan kepemimpinan ibu Mega," kata TB Hasanuddin, melalui pesan singkatnya kepada wartawan, Jakarta, hari ini.
Menurutnya, hasil survei tersebut tidak mempengaruhi hasil Rakernas PDIP yang memutuskan Megawati untuk kembali memimpin partai.
"Kalau respondennya orang luar ya sulit dong, mereka kan tidak tahu situasi intern nya," katanya.
Untuk itu, kata TB Hasanuddin, Rakernas PDIP yang kembali mengusulkan Megawati untuk memimpin partai sudah menjadi kebijakan partai yang harus dijalankan.
"Sehingga mulai para pengurus DPC dan DPD se Indonesia di rakernas Semarang mengusulkan Ibu Mega jadi ketum periode 2015/2020," tegasnya.
Sebelumnya, mayoritas publik menginginkan regenerasi kepemimpinan partai politik. Mengganti tokoh-tokoh tua yang masih menjadi ketua umum partai politik.
Hal itu merupakan kesimpulan hasil survei Cyrus Network yang digelar pada 1-7 Desember 2014. Survei ini secara khusus menjaring opini masyarakat terhadap empat partai politik besar, yakni PDI-P, Golkar, Gerindra dan Partai Demokrat.
"Bahkan masyarakat menilai, tokoh-tokoh senior seperti Megawati Soekarnoputri (Ketua Umum PDIP) dan Aburizal Bakrie (ARB) perlu memberikan kesempatan kepada tokoh-tokoh yang lebih muda untuk memimpin partainya," ujar CEO Cyrus Network Hasan Nasbi saat merilis survei di Jakarta, Senin (15/12).
Sebanyak 80% publik responden menginginkan agar partai politik dipimpin oleh ketua umum yang berusia 41-50 dan 51-60 tahun.
"Dan 61 persen responden menyatakan bahwa sebaiknya tokoh parpol yang berusia 60 tahun ditempatkan sebagai Dewan Pembina, Dewan Pertimbangan atau Dewan Penasehat partai, bukan pengurus harian partai," katanya.
Survei ini dilakukan dengan jumlah responden 1.220 orang, proporsi responden laki-laki dan perempuan sebesar 50 banding 50 persen di 33 provinsi dengan margin of error sebesar 3,1%.