Lembaga Survei Cyrus menyebut Joko Widodo paling pantas duduk di posisi Ketum PDIP melebihi Megawati Soekarnoputri. Menanggapi itu, politisi PDIP Charles Honoris meminta lembaga survei tidak sekadar memprovokasi, tapi membantu proses evolusi kepartaian.
"Lembaga survei harusnya membantu proses evolusi kepartaian kita dengan menanyakan variabel-variabel yang berkaitan dengan pelembagaan partai, bukan sekedar provokasi mengenai nama-nama mana yang dianggap pantas menjadi ketum," kata Honoris dalam pesan singkat yang diterima detikcom, Kamis (18/122014).
Bahkan, dia menganggap ada upaya memecah belah partainya dengan mengadu domba tokoh-tokoh teras partai.
"Itu bisa dianggap sebagai agenda setting kelompok tertentu," ujarnya.
Dia menambahkan, berdasarkan pengalaman beberapa lembaga survei yang terbelit hukum pada Pilpres lalu, masyarakat sudah dapat membedakan mana objektif atau untuk membentuk agenda setting.
"Masyarakat sudah bisa membedakan lembaga survei mana yg punya agenda setting atau objektif. Masyarakat sudah punya pengalaman di pilpres kemarin untuk menilai mana lembaga survei jadi-jadian atau yang ilmiah," ujarnya.
Survei Cyrus melibatkan 1.200 responden untuk mengukur regenerasi parpol. Salah satu hasilnya adalah Megawati dinilai tidak layak menjadi Ketum PDIP lagi.
"Seandainya Ibu Mega dicalonkan jadi Ketum tetapi harus berkompetisi, maka berdasarkan survei, Jokowi di peringkat pertama yaitu 26,1 persen, Puan Maharani 18,6 persen dan Megawati 16,7 persen," ujar Ceo Cyrus Network, Hasan Nasbi, di Consulate Lounge, Jl Wahid Hasyim, Jakarta, Senin (15/12/2014).