Legislator Jatim : Kuasai Kepanitiaan Bukti PKB Intervensi Muktamar NU

sumber berita , 28-07-2015

Meskipun DPC PKB Jombang menepis tudingan adanya intervensi PKB dalam Muktamar NU ke-33 yang dijadwalkan digelar di Jombang pada 1 - 5 Agustus, berbagai kalangan tetap menyorot indikasi intervensi PKB tersebut.

Setelah 29 PWNU menyoal hal tersebut, kecaman tajam dilontarkan Mantan Wakil Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama (PWNU) Jatim Achmad Heri.

Achmad Heri mengungkapkan Muktamar NU kali ini hanya melibatkan golongan tertentu bukan warga Nahdhliyyin. Intervensi tersebut sangat kelihatan alias sangat kasat mata.

"Ada golongan ingin menyeret-nyeret NU. Mereka ingin melemahkan NU dengan berbagai cara. Muktamar kali ini hanya melibatkan golongan tertentu itu saja, tanpa melibatkan NU secara total. Padahal yang punya gawe warga NU," kata Achmad Heri, saat di Jombang, Senin (27/7/2015).

Menurut Cak Heri (panggilan akrab Achmad Heri) upaya seperti hanya akan mengkerdilan NU. Dalam pandangan Cal Heri, NU ibarat gentong yang airnya bisa disalurkan ke gelas-gelas lainnya.

“Sedangkan yang terjadi saat ini, ada gelas berupaya menarik gentong tersebut. Kondisi ini bisa mengkerdilkan NU,” kata anggota DPRD Jatim yang berangkat dari Dapil 8 Jatim (Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Madiun) tersebut.

Cak Heri menambahkan, golongan yang dimaksud tak lain PKB yang sejak awal menguasai hampir semua lini dalam muktamar.

Mulai dari kepanitiaan hingga pengelolaan media center.

Ia menduga ada kepentingan besar PKB yang ingin diraih melalui Muktamar NU kali ini.

Ia juga menyesalkan, kucuran dana hibah dari pemerintah yang masuk ke Muktamar. Menurutnya, dana hibah itu bukan membantu, melainkan malah menjadi blunder jika dalam laporan pertanggung-jawaban (LPJ)-nya tidak beres.

"Saya tidak bisa membayangkan jika nanti ada aparat kejaksaan dan polisi turun tangan karena LPJ bermasalah. Ini sama halnya mengerdilkan NU," ujar poitisi dari Partai Nasdem ini.

Cak Heri menceritakan di NU ada tradisi semacam iuran yang disebut ‘Sahriyah’.

“Warga NU dari kalangan santri, ulama, pesantren, masyarakat, tukang becak dan sebagainya secara emosional terlibat, dan seharusnya bisa diberdayakan dengan mekanisme ‘sahriyah’ ini,” tandas Cak Heri.

Dengan dana hibah dari pemerintah, sambung Cak Heri, yang terjadi adalah, NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia justru ikut meminta jatah dari pemerintah, bukan mengayomi.

 

Namun Cak Heri yakin upaya mengkerdilkan NU dan apapun yang ingin menghancurkan NU, tidak akan bertahan lama.

"Mereka yang akan merusak NU pasti dilaknat Allah. Ini sudah terbukti, makanya NU bisa ‘survive’ sampai saat ini," pungkasnya.

Diposting 28-07-2015.

Dia dalam berita ini...

Achmad Heri

Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur 2014