Pemerintah akan menetapkan pemenang investor dan kontraktor pembangunan kereta api (KA) cepat Jakarta-Bandung, selambat-lambatnya akhir bulan ini. Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan, pengumuman pemenang akan disampaikan tim yang akan menyeleksi ketat para calon investor KA cepat tersebut.
Keberadaan tim tersebut juga akan diperkuat dengan peraturan presiden (perpres) yang diperkirakan rampung dalam pekan ini. Tim seleksi akan dikepalai Menteri Koordinator Perekonomian, sedangkan Kementerian Perhubungan menjadi salah satu anggota.
“Perpresnya selesai satu-dua hari ini (antara 12-13 Agustus). Namun, pengumuman pemenang akhir bulan Agustus,” kata Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Kamis (13/8).
Menurutnya, tim akan melakukan penilaian terhadap investor dengan mengacu kategorisasi teknologi yang digunakan, kemampuan kerja sama, struktur keuangan, unsur jaminan negara, serta keperluan dana dukungan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Namun, Jonan belum memastikan investor mana yang sudah tertarik membangun proyek senilai Rp 60 triliun itu. “Tunggu saja hasilnya dari tim seleksi itu. Pastinya, pemenang ditentukan dengan landasan paling sesuai untuk negeri ini,” ujarnya.
Manfaat bagi Rakyat
Anggota Komisi V DPR dari Fraksi PDIP, Rendy M Affandy Lamadjido, menilai Indonesia sangat jauh tertinggal dibanding negara lain dalam pengembangan perkeretaapian. Panjang rel kereta api 67 tahun lalu di Indonesia mencapai 5.400 km, saat ini tinggal 3.900-an km.
Ia berharap Indonesia dapat mewujudkan keberadaan KA supercepat yang dapat melaju hingga 350 km per jam. “Tidak masalah apakah proyek itu dibangun Jepang atau RRT, yang penting memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat,” tutur Rendy.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo akan memutuskan proyek kereta api cepat Jakarta- Bandung pada akhir Agustus 2015 setelah meminta masukan dari konsultan terpilih. “Kereta cepat pada akhir bulan ini akan kami putuskan setelah melalui tahapan assessment dari konsultan yang akan memberikan masukan kepada pemerintah,” kata Presiden.
Presiden mengatakan akan dipilih konsultan yang tidak ada konflik kepentingannya. Ia hanya memastikan studi kelayakan proyek itu sudah 100 persen selesai dan Senin (10/8) diserahkan kepada Indonesia.
Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, Jepang dan Tiongkok memang telah mengajukan diri sebagai investor. Mengenai studi kelayakan itu sendiri sedang dipelajari oleh pemerintah.
Jepang telah lebih dulu menyerahkan FS kepada pemerintah. Konsultan yang ditunjuk pemerintah akan bekerja dalam dua hingga tiga pekan, kemudian hasil beauty contest antara Jepang dan Tiongkok ini akan diumumkan. Hingga kini, ada 11 konsultan yang meminta mengkaji, namun pemerintah hanya akan menunjuk satu konsultan. “Nanti kami lihat mana yang lebih kompetitif atau tidak setelah evaluasi,” ucapnya.
Menteri Komisi Pembangunan dan Reformasi Publik RRT, Xu Shaoshi, mengklaim Tiongkok membangun sebagian besar proyek kereta cepat di dunia dan studi kelayakan mereka lebih kompetitif, termasuk dalam hal rencana keuangan. Namun, menteri tersebut tidak bersedia menyebut angka investasi yang dimasukkan dalam studi kelayakan tersebut. Bentuknya adalah joint venture, saham Indonesia 60 persen sementara Tiongkok 40 persen.
Xu Shaoshi menjelaskan ambisi Tiongkok membangun kereta cepat Bandung-Jakarta ini. Pertama, Tiongkok berjanji akan maksimal dalam pembangunan infrastruktur, konstruksi, hingga pengelolaan. Skema demikian akan bisa membuka lapangan kerja untuk 40.000 orang dan mendorong terbangunnya hingga 60 persen pabrik terkait.
Kedua, dengan pembangunan ini Tiongkok memproyeksi di daerah sekitar rel akan menjadi wilayah ekonomi dengan terbangunnya hotel, apartemen, hingga perumahan. Ketiga, Tiongkok akan membantu Indonesia dalam membentuk tim ahli yang siap membangun, mengelola, hingga memelihara sistem kereta cepat.