Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Syahfan Badri Sampurno mempertanyakan Standard Operational Prosedure setiap KBRI dalam pengamanan tamu-tamu VVIP/VIP dari Indonesia yang sedang berkunjung ke luar negeri.
Insiden pembobolan kamar atau pencurian data delegasi Indonesia di Hotel Lotte Seoul Korea Selatan beberapa waktu lalu menjadi salah satu bukti.
"Saya sangat menyesalkan kejadian tersebut. Seharusnya ada pengamanan yang baik bagi kunjungan tamu-tamu VVIP/VIP kita yang datang ke Seoul, Korea Selatan. Saya khawatir jangan-jangan tidak ada SOP atau aparat KBRI kita yang tidak menjalankan protokoler pengamanan kunjungan tamu-tamu VVIP ini dengan baik," ujarnya.
Apalagi, dia menambahkan, yang berkunjung ke Korsel itu adalah utusan Presiden yang diwakili setingkat menko dan beberapa menteri.
Menurut Syahfan, berdasarkan informasi yang diterimanya, pada saat peristiwa pencurian tersebut tidak ada satupun petugas pengamanan KBRI yang berada di lokasi hotel. "Kalau memang informasi ini benar sungguh naif," ujarnya.
Ditegaskannya bahwa semestinya untuk tamu VVIP, pengamanan diberikan secara maksimal mulai dari tempat-tempat penginapannya, rute perjalanan dan lokasi yang akan dikunjungi.
Politisi PKS itu juga mengatakan bahwa Kementerian Luar Negeri harus mengevaluasi KBRI di Seoul terkait kasus pencurian data rahasia delegasi Indonesia di Seoul.
Dikemukakannya bahwa sejatinya protokoler pengamanan terhadap tamu-tamu delegasi Indonesia di Seoul adalah menjadi tanggungjawab KBRI di sana sebagai perwakilan dan penghubung diplomatik RI.
"Kinerja KBRI di Seoul tidak optimal dan perlu di evaluasi, Saya tidak mempermasalahkan barang atau data hilang, yang kami khawatirkan ini akan membuat hubungan ke dua belah negara menjadi tidak nyaman. Hal-hal seperti ini mestinya tidak boleh terjadi di waktu yang akan datang," katanya.