Ini Jurus Kapolda Sulsel Tepis Stigma Anarkistis di Makassar

sumber berita , 03-11-2015

Makassar:Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan dan Barat, Inspektur Jenderal Pudji Hartanto Iskandar, bertekad menghapus stigma anarkistis yang melekat di Sulawesi Selatan, khususnya Makassar. Pudji mengaku tidak nyaman dengan penilaian orang di luar daerah yang menyebut provinsi ini tidak aman.

"Padahal, hanya orang di luar saja yang heboh. Sulawesi Selatan aman kok," kata Pudji, Senin, 2 November 2015.

Guna membahas permasalahan keamanan Sulawesi Selatan, kepolisian pun menggelar seminar dengan tema 'Membangun Pandangan Positif untuk Menepis Pandangan Negatif tentang Sulawesi Selatan dengan Mengangkat Kearifan Lokal' di Balai Prajurit Jenderal M Yusuf, Senin, 2 November. Dalam diskusi tersebut, pihaknya mengundang sejumlah tokoh nasional menjadi pembicara.

Seminar itu dihadiri antara lain oleh mantan Kepala Badan Pembinaan Keamanan, Komisaris Jenderal Purnawirawan Ismerda Lebang; anggota DPR RI, Akbar Faisal; Rektor Universitas Hasanuddin, Prof Dwia Aries Tina Palabuhu dan duo budayawan yakni Ishak Ngelajaratan dan Alwi Rahman. Dalam seminar itu, mereka semua sepakat melawan stigma negatif di Sulawesi Selatan yang dinilai bisa berdampak pada perekonomian dan aspek sosial.

Pudji menyebut pihaknya menyiapkan jurus untuk meredam aksi anarkistis mahasiswa dalam menyampaikan pendapat di depan umum. Eks Gubernur Akpol itu mengatakan solusi terbaik untuk mengantisipasi terjadinya demo anarkistis yakni dengan membuka ruang komunikasi.

"Itu solusi yang paling tepat. Kepolisian terus berusaha membangun komunikasi itu supaya aspirasinya terpenuhi dan tidak ada aksi anarkistis," ujar Pudji.

Rektor Universitas Hasanuddin, Prof Dwia Aries Tina Palabuhu, mengatakan pihaknya juga sepakat memerangi stigma negatif Sulawesi Selatan dengan membangun citra positif. Unhas akan membentuk forum komunikasi lintas sektor yang melibatkan akademisi, mahasiswa, pemerintah dan aparat keamanan. "Kalau citra daerah ini buruk, yang sangat dirugikan sebenarnya adalah mahasiswa," katanya.

Buruknya citra daerah yang dicap doyan melakukan aksi kekerasan dan kriminalitas membuat alumnus nantinya kesulitan mencari lapangan pekerjaan. Unhas memulai memerangi pemicu muncul stigma negatif itu yakni tawuran di kampus. Kampus Merah itu telah mengidentifikasi beberapa penyebab tawuran yakni persoalan individu yang dibawa ke kampus maupun kurangnya aktivitas belajar mahasiswa karena jam kuliahnya bolong-bolong.

Diposting 03-11-2015.

Dia dalam berita ini...

Akbar Faizal

Anggota DPR-RI 2014
Sulawesi Selatan II