Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai NasDem, Endre Saifoel angkat bicara soal protes Pertamina terkait perubahan persyaratan terkait lelang proyek pembangkit listrik Jawa-1 oleh PT Perusahaan Listri Negara (PLN).
Dalam perubahan itu PLN menegaskan, pemenang lelang diwajibkan menggunakan gas dari Lapangan Tangguh di Teluk Bintuni, Papua, sebagai bahan bakar pembangkitnya. Sementara Pertamina mempersoalkan perubahan itu karena perubahan ketentuan itu bersifat mendadak, sementara proses lelang akan dimulai pada Juli mendatang.
Adapun Pertamina sudah menyiapkan dua mitranya, yakni Total Gas & Power dan Merubeni untuk memperkuat pasokan gas jika memenangkan tender kelak.
Bagi Endre, perubahan syarat dan aturan baru yang ajukan adalah wewenang dan hak dari PLN selaku pemegang proyek. Lagian, protes itu dirasa kurang tepat karena proyek tersebut belum masuk pelelangan.
Maka PLN wajar saja melakukan perubahan (syarat) itu. Selagi itu memberikan keuntungan bagi PLN, maka wajar dan sah-sah saja PLN melakukannnya,” ungkap Endre dalam surat elektronik yang dikirimkan ke redaksi, Selasa (24/5).
Menurutnya, apabila Pertamina keberatan dan tidak bersedia ikut dalam pelelangan proyek, masih ada konsorsium lain yang berminat.
"Sebaiknya dalam pelelangan ini jangan terkesan adanya penganakemasan, walaupun keduanya sama-sama BUMN. Karena perlu diperhatikan dalam hal ini tidak hanya semata itu, tetapi bagaimana persaingan (lelang) ini berlangsung fair dan tidak ada monopoli,” cetusnya.
Dia menjelaskan, perubahan sebelum waktu pelelangan bukanlah sebuah masalah. Terkecuali pembatalan syarat itu dinilai tidak benar, atau terjadi setelah adanya pemenang lelang.
"Ini kan yang memiliki proyek, PLN. Mungkin saja pihak PLN memiliki perhitungan serta kriteria tersendiri dalam pengerjaan proyek pembangkit listrik,” tutur pria yang biasa dipanggil Haji Wen ini.
Legislator asal Sumatera Barat ini menyoroti banyaknya proyek yang kerap tumpang tindih di antara dua BUMN tersebut.
"Kadang masih ada kerancuan di mana proyek Geothermal (panas bumi) secara kerjaanya berhubungan dengan pengeboran yang dilakukan oleh Pertamina, tetapi nyatanya proyek ini jadi proyek PLN. Begitu sebaliknya, terkait pasokan gas, Pertaminalah yang lebih mengetahui dalam proyek pembangkit listrik malah PLN yang menentukan. Semoga ke depannya bisa lebih ditata lebih baik,” tandasnya.
Proyek Jawa-1 merupakan pembangkit listrik terbesar yang menggunakan gas dan termasuk dalam program 35 gigawatt (GW). Dalam megaproyek ini, pembangkit listrik tenaga gas akan mengambil porsi 20 persen.