Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPR) Papua, Yanni SH, Selasa (19/7) menemui mahasiswa asal Papua di Yogyakarta untuk mengonfirmasi info terkait unjuk rasa mahasiswa Papua prokemerdekaan pada Kamis-Jumat (14-15/7).
Sementara itu, Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Natalius Pigai juga mendatangi Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta untuk mendengar penjelasan dari para mahasiswa tersebut. Setelah menggali lebih jauh persoalan dan dugaan kekerasan dalam aksi mahasiswa itu, Komnas HAM akan fokus pada pendampingan dan berencana bertemu dengan Gubernur DIY dan jajaran Polda DIY.
Meski informasi yang beredar simpung siur, Yanni menegaskan pihaknya tidak ingin adanya pihak-pihak separatis memanfaatkan aksi para mahasiswa tersebut. “Papua sangat rentan dimanfaatkan kelompok separatis atau pihak asing yang menginginkan Papua merdeka dari NKRI. Kita tidak mau adik-adik kita ini ditumpangi kepentingan asing,” ujarnya lagi.
Namun, kedatangan Yanni tidak serta-merta membuat mahasiswa asal Papua memberikan informasi yang diinginkan Yanni. Para mahasiswa menyayangkan politikus Partai Gerindra hanya datang sendirian.
Menurut Koordinator Biro Politik pada Aliansi Mahasiswa Papua di Yogyakarta, Roy Karomba, DPRP sudah berjanji akan menemui para mahasiswa dengan tim lengkap untuk kepentingan investigasi.
"Harusnya wakil rakyat datang ketika para mahasiswa ini dikepung, tidak bisa makan dan terancam keselamatannya," ujar Roy.
Roy bahkan menyatakan, tanpa dukungan pemerintah daerah, mahasiswa Papua di Yogyakarta tetap akan berjuang agar Papua bebas dari militer dan PT Freeport hengkang dari bumi Papua.
Roy menjelaskan, penolakan pemberitahuan izin atas aksi atau penyampaian pendapat oleh Kepolisian Polresta Yogyakarta tidak bisa diterima mahasiswa. Apalagi, polisi mengepung asrama mahasiswa Papua pada Jumat 15 Juli lalu, disertai penembakan gas air mata dan sejumlah intimidasi lainnya.
Sebelumnya, Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda DIY AKBP Anny Pudjiastuti, menegaskan ada upaya makar dari sejumlah mahasiswa asal Papua sehingga Polda DIY melakukan tindakan tegas. “Kami tidak pandang bulu terhadap segala bentuk kegiatan upaya makar dan memang aksi dari sejumlah mahasiswa Papua itu menunjukkan upaya tindakan makar,” katanya.
Dikatakan, polisi mencegah aksi ke jalan yang membawa simbol-simbol Organisasi Papua Merdeka (OPM) termasuk bendera Bintang Kejora. Terkait berita yang menjadi viral media sosial yang menyatakan adanya korban luka pada mahasiswa Papua, Anny menegaskan bahwa berita itu sesat atau hoax.
Karo Ops Polda DIY Kombes Pol Bambang Kristiwanto menambahkan polisi sedang memburu penyebar berita hoax melalui media sosial maupun broadcast. Menurut Bambang, polisi melakukan pengamanan di asrama Papua karena ada rencana orasi Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) yang diduga mengarah ke gerakan separatis.
“Polisi melakukan razia bagi orang-orang yang akan masuk ke asrama. Kami temukan beberapa anak panah dari mahasiswa yang hendak masuk ke asrama,” ujarnya.
Bambang juga membantah informasi soal pengepungan asrama sehingga ada yang kepaaran dan tidak benar polisi menahan mobil PMI.