PASANGAN Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat terus menggulirkan gagasan perihal penggalangan dana publik untuk kampanye. Kemarin, pasangan petahana itu menggelar jamuan makan berbayar dengan para pendonor di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan.
Setiap peserta makan bersama memberi donasi minimal Rp2,5 juta. Sementara itu, mereka yang ingin makan satu meja dengan Ahok-Djarot paling sedikit menyumbang Rp5 juta. “Semua yang datang hari ini sebanyak 160 orang,” kata ketua panitia pelaksana relawan Badja Dharma, Marayuna Anwar Nasution.
Tidak hanya menawarkan makan bersama, Ahok-Djarot juga menyampaikan pidato dan berfoto bersama dengan para tamu di setiap meja.
Dalam kesempatan itu, Ahok menceritakan latar belakang yang mendorongnya menerapkan pola penggalangan dana publik untuk kampanye. Gubernur nonaktif DKI Jakarta itu mengatakan konsep itu sudah umum pada kampanye di Amerika Serikat. “Makanya akan saya buktikan kalau orang kita juga udah maju dalam berdemokrasi,” paparnya.
Pada dasarnya, Ahok terobsesi untuk menyebarluaskan semangat pendanaan publik untuk kampanye. “Saya ingin membangkitkan keberanian kepada siapa pun yang mau jadi pejabat publik, tetapi tidak punya dana yang cukup.”
Bila seseorang memiliki rekan jejak yang baik, seperti jujur, tidak terima suap, punya kerja nyata bagi orang banyak, kata dia, pasti ada cara untuk bisa maju dalam kontestasi politik. “Kalau orangnya benar, pasti bisa maju lewat parpol tanpa menggunakan mahar,” ujarnya.
Di samping itu, ia pun berusaha supaya ke depan pejabat publik tidak terjebak pada kepentingan penyumbang kampanye. “Jadi ini menarik, misi saya itu untuk membangkitkan keberanian. Tidak usah tergantung satu pengusaha besar untuk pembiayaan kampanye, dan menghapus stigma seolah kampanye harus mahal dan sarat balas jasa.”
Penggalangan dana publik pada kegiatan makan berbayar itu berhasil mengumpulkan dana Rp630 juta. “Dana tersebut tidak dibayar tunai, tetapi langsung ke rekening kampanye pasangan Ahok-Djarot,” jelas Marayuna.