Ketua DPR RI Setya Novanto membuka acara 1st Indonesia Energy Conference, Powering Indonesia's Economy: Reshaping the Energy Sector, Selasa (11.4) pagi.
Acara dihadiri antara lain Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan, Satya Widya Yudha (Wakil Ketua Komisi VII DPR RI), Christina Verchere (President Indonesian Petroleum Association/IPA).
Selain itu, H.E. Mrs. Roya Rahmani (Duta Besar Afganistan untuk Republik Indonesia), Hendi Prio Santoso (President Direktur Perusahaan Gas Negara/PGN), Amien Sunaryadi (Kepala SKK Migas), serta beberapa lagi dari berbagai kalangan yang berkecimpung di sektor energi.
“Forum ini sangat penting karena akan membahas dan menghasilkan jalan baru bagi ketersediaan energi di negara kita,” ujar Setya Novanto.
Indonesia, lanjutnya, telah menjadi salah satu dari 20 negara konsumen energi terbesar di dunia.
“Perekonomian kita terus tumbuh dan berkembang, artinya kebutuhan akan sektor energi juga akan terus meningkat. Kedepan, diperkirakan permintaan energi dari sektor perumahan akan tumbuh pada laju rata-rata 4,3 persen setiap tahun hingga tahun 2020. Permintaan dari sektor industri akan tumbuh sebesar 2,7 persen setiap tahun selama periode yang sama,” paparnya.
Saat ini, 80 persen pendapatan negara dari pajak. Begitu sektor industri mulai tumbuh, penerimaan pajak secara langsung juga akan naik.
Dengan pendapatan yang lebih tinggi, kata Setya Novanto, pemerintah akan berada dalam posisi yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakat.
Setya mengatakan, untuk mendorong hal ini, hal pertama yang harus dipastikan adalah ketersediaan energi.
“Inti dari kebijakan sektor energi di pemerintahan Presiden Jokowi adalah pemerataan energi sebagai wujud keadilan sosial. Energi tak lagi dilihat sebagai komoditas, melainkan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi,” ucapnya.
Dengan berpedoman kepada UUD 1945, DPR RI akan bekerja sama dengan pemerintah untuk memastikan kebutuhan masyarakat akan energi bisa terpenuhi dengan baik tanpa perlu mengimpor.
“Kita harus menggunakan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri kita. Kita ingin minyak dan gas yang dihasilkan dari alam Indonesia, digunakan pertama kali untuk industri dan kebutuhan dalam negeri. Jika surplus, baru kita pertimbangkan untuk mengekspor,” katanya.
Dia optimistis masa depan energi di Indonesia akan tumbuh dengan baik.
“Jika kita bekerja keras dan tetap setia kepada peran sebagai warga Republik ini, kita semua dapat membantu membawa kehidupan yang lebih baik bagi orang-orang dan generasi masa depan kita,” kata Setnov.