Siapa Caleg 2024 untuk DPR-RI/ DPD-RI/ DPRD Prov. dan DPRD Kab./Kota-mu? Cek di sini...

Berita Anggota Parlemen

Melarang Sawit Indonesia, Parlemen Eropa Tak Gunakan Data

DPR RI menegaskan, larangan parlemen Eropa atas masuknya minyak Kelapa Sawit Indonesia tanpa alasan masuk akal. Bahkan, tindakan tersebut tidak menggunakan data-data yang akurat.

Selama ini, mereka hanya mengatakan perkebunan Sawit Indonesia merusak lingkungan, mempekerjakan anak-anak, korupsi, dan melanggar hak asasi manusia (HAM).

"Parlemen Eropa tidak pernah menjelaskan alasan dengan data yang benar soal pelanggaran itu. Soal penggundulan hutan (deforestasi), korupsi, melanggar HAM dan mempekerjakan anak-anak itu yang mana. Itu tak pernah dijelaskan," tegas Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Herman Khaeron dalam dialektika demokrasi ‘Lawan Parlemen Eropa’ di Gedung DPR RI Jakarta, Kamis (4/5/2017).

Selain Herman, hadir pula sebagai pembicara bersama Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi NasDem Hamdhani, mantan Menteri Pertanian Bungaran Saragih, dan Staff Ahli Bidang Diplomasi Perekonomian Kemenlu, Ridwan Hassan Sahli.

Menurut Herman, pengalihan fungsi hutan apa pun disebut deforestasi. Apakah ditanami Kelapa Sawit, Kedelai, Bunga Matahari, dan pertanian lainnya namanya deforestasi dan itu legal. Namun, yang disampaikan parlemen Eropa tidak mengikat karena bersifat imbauan.

"Saya melihat sikap Eropa itu hanya untuk melindungi komoditas pertanian mereka sendiri. Sebab, Minyak Sawit ini sangat efisien dan ramah lingkungan, sehingga terjadi persaingan ketat, lalu ditarik ke politik. Alih-alih etika lingkungan, lalu melarang sawit Indonesia," ujarnya.

Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi NasDem Hamdhani menilai sikap Eropa mengemuka menyusul terjadinya persaingan bisnis yang kuat. Mereka akan menanam Gandum untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya dan membutuhkan 15 ribu hektar tanah.

"Kalau alasannya deforestasi, Eropa justru lebih buruk dengan banyak membuat alat-alat berat yang merusak lingkungan," kata politisi asal Kalimantan Selatan ini.

Staff Ahli Bidang Diplomasi Perekonomian Kemenlu, Ridwan Hassan Sahli mengatakan, Minyak Sawit Indoensia menempati peringkat satu dunia menyusul Malaysia dan telah menyumbang 14 jutaan tenaga kerja. Sawit sangat penting dalam perekonomian. Karena itu, tak ada yang salah dengan Sawit di tengah dunia mengembangkan minyak nabati.

"Jadi, sawit kita bisa terus ditingkatkan karena tidak merusak lingkungan. Selain untuk minyak nabati, biodiesel, dan makanan lainnya. Untuk itu, Eropa harus fair," tambahnya.

Mantan Menteri Pertanian Bungaran Saragih menegaskan, menghadapi Eropa memerlukan strategi perang, bukan dengan emosi dan sikap yang over reaktif. Apalagi sikap Eropa itu baru resolusi, belum dekrit. Resolusi itu dinilai wajar sebagai langkah mereka untuk melindungi, memproteksi kepentingan bisnis dan petaninya sendiri.

"Resolusi itu juga belum tentu bisa dilakukan. Yang penting kita tidak melanggar UU perdagangan dunia (World Trade Organization/ WTO). Bahwa Sawit kita lebih baik, meski penting juga pasar Eropa karena menjadi barometer yang berpengaruh besar di pasar dunia," pungkasnya.

Diposting 05-05-2017.

Mereka dalam berita ini...

Hamdhani

Anggota DPR-RI 2014
Kalimantan Tengah

E. Herman Khaeron

Anggota DPR-RI 2014
Jawa Barat VIII