Wakil Ketua Komisi XI DPR, Achmad Hafisz Thohir menilai, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sama sekali tidak memberikan keuntungan bagi negara. Justru keuntungan dibalik proyek tersebut dinikmati pihak swasta.
"Ternyata pihak swasta lebih diuntungkan daripada BUMN itu sendiri padahal pemilik kereta cepat adalah konsorsium BUMN dan Cina. Tapi yang telah mendapatkan keuntungan lebih awal kelompok Meikarta," kata Hafisz saat dihubungi di Jakarta, Senin (21/08/2017).
"Mestinya proyek kereta cepat itu mampu menaikkan pendapatan BUMN yang terlibat, minimal menaikkan harga saham. Sehingga kita mendapatkan keuntungan dari capital gain share BUMN kita," sambungnya.
Namun faktanya, kata dia, BUMN tak mampu menangkap peluang tersebut
"Akan tetapi itu belum terjadi, sementara pihak swasta telah membukukan pemasukan hampir Rp 1 triliun dari hanya menjual kertas konsep," ungkapnya.
Mestinya, kata dia, BUMN yang dapat keistimewaan keuntungan lebih dulu.
"Namun rupanya BUMN kita agak terlambat melihat peluang ini. Padahal tanpa PT KAI tanpa PTPN tanpa Jasamarga dan Wika, maka mana mungkin Meikarta akan bisa seperti ini. Jadi peluang ini disia-siakan oleh BUMN kita sendiri. Sangat disayangkan," sesal politisi PAN itu.
Saat ditanya berapa anggaran proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang sudah digunakan, Hafisz mengaku tidak mengetahuinya.
"Saya tidak tahu pinjaman tersebut pemakaiannya sampai kemana. Karena saya tidak punya akses lagi kepada BUMN yang terlibat sejak pindah ke Komisi XI," pungkas mantan Ketua Komisi VI DPR tersebut.