MENTERI Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto meminta konflik Laut Tiongkok Selatan diselesaikan dengan cara baik-baik. Ia pun mengapresiasi Tiongkok karena sepakat menyelesaikan konflik dengan cara damai.
Hal itu disampaikan Wiranto seusai membuka International Maritime Security Symposium (IMSS) Tahun 2017 yang dihadiri para kepala staf angkatan laut di Nusa Dua Bali, kemarin. Ia mengaku baru saja terbang ke Tiongkok untuk membahas persoalan Laut Tiongkok Selatan.
“RI selalu pada posisi mendorong agar penyelesaian Laut Tiongkok selatan dari negara yang terlibat diselesaikan secara damai. Jangan ada satu ekspos, satu kegiatan pameran kekuatan yang bisa menyebabkan konflik lebih tajam,” ujar Wiranto.
“Kami senang Tiongkok sudah setuju dengan negara-negara yang terlibat konflik untuk memperbaharui kode perilaku mengenai penyelesaian Laut Tiongkok Selatan secara damai. Kalau mau pamer kekuatan militer, semua negara memiliki kekuatan militer masing-masing,” lanjut dia.
Wiranto kemudian meminta agar ide dan gagasan soal penyelesaian konflik di Laut Tiongkok Selatan dituangkan menjadi topik bahasan dalam IMSS, sekalipun dalam IMSS kali ini tidak bisa mengambil keputusan soal konflik tersebut.
“Hal-hal yang lebih teknis dalam kasus Laut Tiongkok Selatan silakan ditanyakan kepada KSAL Laksamana TNI Ade Supandi. Dan mungkin nanti masalah ini akan dibicarakan di IMSS dengan semangat kedamaian dan persaudaraan,” imbuhnya.
Menurutnya, bila sudah menyangkut SOP, itu ranahnya kerja sama angkatan laut antarnegara. Seluruh proses dan kode etik pun harus dilalui. “Itu ada prosesnya. Kodenya beda, sistem beda. Kalau nanti dihantam salah, maka bisa dikatakan pamer kekuatan militer,” sambung Wiranto.
Secara khusus Wiranto menyatakan rasa bangga dengan Angkatan Laut Indonesia karena mampu mengundang kerja sama tersebut. “Saya bangga karena yang hadir banyak negara. Ada 53 tercatat hadir dan 11 kepala staf angkatan laut dari berbagai negara,” ujarnya.
Selain persoalan Laut Tiongkok Selatan, Wiranto berharap simposium itu melahirkan pemikiran dan gagasan baru. “Mudah-mudahan ini menghasilkan suatu yang berguna bagi keamanan kawasan,” tandasnya
Sesuai mekanisme
Ade Supandi mengakui berbagai konflik wilayah laut antar-negara akan diselesaikan sesuai mekanisme yang ada. Ada tataran mekanisme, kebijakan operasional, dan teknis operasional yang harus dipatuhi militer angkatan laut dari setiap negara.
“Dalam simposium ini bisa bertemu dan kami harap masalah regional dapat kita bicarakan termasuk kerja sama. Kerja sama di level atas sudah, lalu bagaimana kerja sama di bawah. Ini yang kami pecahkan,” ujarnya.
Ada beberapa contoh kasus yang memperlihatkan kerja sama antarnegara bisa diselesaikan dengan baik, seperti Indonesia dan Vietnam. Bagaimana AL Indonesia mengatasi tentang perbatasan sehingga tidak timbul masalah di lapangan.
“Karena petugas di lapangan tergantung komandannya. Komandannya itu tergantung kami di sini, bicarakan. Simposium tidak mengambil keputusan, tetapi yang kami bicarakan diteruskan di angkatan masing-masing di negaranya,” imbuhnya.
Ia pun berharap di forum resmi tersebut muncul semangat berbagi ide dan pemecahan masalah. “Karena untuk IMSS ketiga sesuai pendirian awal ini coba gabungkan keanggotan IONS, angkatan laut di pesisir Samudera Hindia, itu 35 negara dan dari anggota West Pasific Naval Symposium, ada 25 negara,” ujarnya. (P-4)