Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Daniel Johan berharap pemerintah tidak impor daging kerbau dari India. Hal tersebut diungkapkannya usai meninjau Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari, Malang, Jawa Timur beberapa waktu lalu.
“Tantangan untuk pemerintah, kalau harga daging mau murah, memang bisa melakukan impor. Tapi saya berharap itu pilihan terakhir kalau memang benar-benar kondisi dalam negeri kekurangan daging. Artinya, impor tidak akan berdampak bagi peternak sapi dalam negeri, dan Indonesia tetap bisa untung,” ungkap Daniel.
Walaupun demikian, lanjut politisi dari Fraksi PKB ini, ketika harus impor pun pemerintah tidak seharusnya mengimpor daging dari negara yang bebas dari PMK (Penyakit Mulut dan Kuku). Sebagaimana diketahui India merupakan salah satu negara yang masih belum terbebas dari penyakit tersebut, sehingga Daniel menilai tidak seharusnya pemerintah mengimpor daging dari India.
Sebagaimana diberitakan, pemerintah melalui Bulog telah mengirimkan Request For Quotation (RFQ) kepada calon suplier daging kerbau dari negara produsen tujuan, yakni India. Direncanakan daging tersebut akan datang ke Indonesia pada bulan Maret mendatang. Kebijakan pemerintah itu sempat mendapat penolakan dari sejumlah peternak yang tergabung dalam Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI). Alasannya jelas, kebijakan impor tidak berpihak pada peternak lokal.
Diketahui, per 22 Januari lalu Bulog masih memiliki stok daging kerbau beku sebanyak 10.500 ton. Setiap bulan, Bulog dapat menyalurkan sekitar 4-6 ribu ton daging kerbau beku ke pasar. Sementara itu konsumsi daging masyarakat Indonesia mencapai 2,9 kilogram per kapita per tahun.