Pergerakan Wanita Nasional (Perwanas) dalam rangka menyambut Hari Kartini 21 April 2018 bekerjasama dengan MPR menyelenggarakan Sosialisasi Empat Pilar MPR dengan tema "Perwanas Siap Menjadi Pelopor Penggerak Pengamalan Empat Pilar Dalam Berbangsa dan Bernegara" bertempat di Aula Tenis Sidoardjo, Jawa Timur, Jumat (20/4/2018).
Wakil Ketua MPR, Ahmad Basarah dalam sambutannya mengatakan, bangsa Indonesia harus sadar dan waspada karena di tengah-tengah masyarakat sedang terjadi eksperimen, tarik menarik bahkan turbulensi antara dua kekuatan ideologi transnasional yakni fundamentalisme pasar (liberalisme/kapitalisme) dan fundamentalisme agama (radikalisme/terorisme) yang beroperasi secara terstruktur, sistematis dan massif.
"Ideologi Liberalisme/kapitalisme mengagung-agungkan kebebasan dan individualisme. Misalnya gaya hidup LGBT, gaya hidup konsumtif dan asosial. Sedangkan radikalisme/terorisme mewujud dalam ajakan untuk berperilaku intoleran, mengkafirkan orang lain, mengobarkan ujaran kebencian antar pemeluk agama hingga paling ekstrem adalah tindakan kekerasan yang menelan korban jiwa", ucap Basarah.
Kedua ideologi tersebut beroperasi membonceng kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sebagai alat perjuangan propaganda mereka. Dalam laporan Indonesia Digital Landscale 2018, seluruh segmen usia mulai dari usia 18 tahun hingga lebih dari 31 tahun keatas paling banyak aktivitasnya di smartphone adalah mengakses media sosial (87 persen) disusul dengan chatting (84 persen) dan mendengar musik dan menonton video (61 persen).
Melalui media sosial inilah propagandis-propagandis ideologi transnasional menjalankan misinya merusak kepribadian nasional bangsa Indonesia.
Basarah melanjutkan, perempuan bukan sekedar Ibu dalam keluarga melainkan lebih dari itu, yang dalam istilah Bung Karno, disebut sebagai "Tiang Negeri".
"Apabila baik perempuan baik, baiklah negeri. Apabila rusak perempuan, rusaklah negeri," terangnya. Oleh karena itu, perempuan tidak hanya berhenti dalam memperjuangkan kemerdekaan melainkan ikut serta menyelamatkan republik dan menyusun negara yang berkepribadian nasional.
Untuk menyelamatkan bangsa dari kepungan ideologi transnasional, keluarga harus menjadi benteng paling utama.Karena keluargalah unit sosial terkecil dimana seseorang mendapat sosialisasi nilai dan norma. Di tengah fenomena globalisasi yang membawa nilai dan norma asing yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa, bangsa ini perlu peran perempuan yang tidak hanya sebagai ibu keluarga tetapi juga sebagai ibu generasi masa depan.
Disfungsi peran perempuan dalam penanaman nilai dan norma mengakibatkan anak-anak kita akan mencari rujukan nilai dan norma di luar keluarga. Jamak kita lihat anak-anak zaman sekarang malah lebih mengidolakan tokoh-tokoh luar yang pemikirannya bertentangan dengan kepribadian bangsa kita, sambung Basarah yang juga Wakil Sekjen DPP PDI Perjuangan ini.
Oleh karena itu, sifat-sifat dasar perempuan seperti kelemahlembutan, kasih sayang dan perhatian menjadi antitesa kondisi bangsa kita saat ini yang dipenuhi oleh amarah, dendam, kebencian dan kekerasan. Keluarga Indonesia hendaknya menjadi keluarga yang di dalamnya hidup dan menyala-nyala api Pancasila yang penuh dengan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan, pungkasnya.
Acara tersebut dihadiri oleh 38 DPC Perwanas se-Jawa Timur dan dihadiri oleh Sekretaris Jenderal DPP Perwanas, Rosa Muhammad, Ketua Bidang Organisasi DPP Perwanas, Leny Sihaloho serta tamu dan undangan lainnya.