Seorang suporter Persija Jakarta, Haringga Sirila, tewas dikeroyok suporter klub Persib Bandung. Haringga tewas menjelang laga Persib dengan Persija di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Minggu (23/9) lalu.
Kasus itu menjadi lanjutan tewasnya suporter sepakbola Indonesia. Harlingga menjadi korban ketujuh di laga Persib dengan Persija.
Sejauh ini, sudah ada 16 orang yang tewas, akibat perselisihan antar pendukung klub sepakbola. Lantas bagaimana respons Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) terkait persoalan ini? Berikut penuturan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi.
Bagaimana tanggapan Anda atas kejadian tersebut?
Pertama, saya ingin menyampaikan, seluruh masyarakat Indonesia tentu berduka cita yang mendalam. Kepada keluarga Haringga saya ingin mengucapkan, semoga amal ibadah almarhum diterima di sisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan, kesabaran, sekaligus rela melepas kepergiannya. Kami betul-betul memahami perasaan orang tua dan keluarga besar, sekaligus para sahabatnya. Sebagai orang tua, kehilangan tentu sangat berat.
Kedua, sepakbola seharusnya menjadi olahraga pemersatu bangsa. Harusnya juga menjadi hiburan, sekaligus wahana untuk memberikan prestasi yang menggembirakan. Bukan arena peperangan atau permusuhan. Sepakbola, harus penuh dengan kebahagiaan, kebersamaan, persatuan bagi seluruh lapisan masyarakat. Tidak kenal usia, tidak kenal asal muasal, semuanya bisa bersatu dan berkumpul.
Sekali lagi, olahraga bukanlah tempat untuk mengungkapkan kebencian, apalagi melampiaskan permusuhan satu sama lain. Sepakbola jangan dijadikan kuburan massal, karena sudah banyak korban, baik fisik maupun nyawa yang hilang. Indonesia merupakan bangsa yang beradab, bangsa yang berahlak, berbudi pekerti, bangsa yang santun, dan bangsa yang saling menolong satu sama lain. Kejadian kemarin adalah perbuatan yang sangat keji. Ini bukan lagi tragedi sepakbola, melainkan merupakan tragedi kemanusiaan di negeri kita. Sangat mengerikan ketika melihat anak-anak kita, yang belum berusia 20 tahun melakukan hal itu.
Apa langkah konkret pemerintah terkait hal ini?
Dalam hal ini kami sampaikan, pemerintah sudah mendapat laporan dari berbagai pihak. Kemarin Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) sudah melakukan pertemuan. Pemerintah meminta sepakbola Indonesia ini dihentikan sementara selama dua minggu. Penghentian ini sebagai bentuk penghormatan kita kepada korban, kepada keluarga korban, sekaligus bentuk belasungkawa nasional. Ini hari menjadi introspeksi bagi kita semua, bahwa satu nyawa sangat mahal bila dibandingkan dengan sepakbola.
Terkait kompetisi, kami minta kepada PSSI dan operator untuk melakukan hal luar biasa. Karena ini peristiwa yang luar biasa, maka harus dilakukan upaya yang luar biasa, tegas, berani, dan tegakan regulasi sebaik mungkin. Tidak hanya sanksi berbentuk dana, tetapi sanksi dalam bentuk lain juga harus ditegakan. Karena di saat bersamaan, pejuang sepakbola kita sedang berusaha menggembirakan Indonesia. Baik U-16, U-19, dan timnas senior pun sedang berusaha meraih prestasi untuk Indonesia. Jangan sampai apa yang diusahakan oleh timnas tercoreng, gara-gara liga kita yang belum bermartabat sepenuhnya. Di saat penghentian ini juga, pemerintah minta kepada PSSI untuk melakukan upaya edukasi, sekaligus melaksanakan regulasi yang sudah ada. Baik itu dari FIFA, AFC, maupun PSSI sendiri. Terutama hubungan yang baik, simbiosis antara suporter dengan klub ini harus benar-benar dilakukan secara komprehensif, bersama-sama, profesional, dan bermartabat.
Apa yang akan dilakukan pada masa penghentian ini?
Yang pasti selama dua minggu kami akan lakukan evaluasi, dan kami akan evaluasi juga apa saja langkah-langkah konkret yang dilakukan oleh federasi, dalam hal ini PSSI. Karena tanggung jawab itu ada dia PSSI. Akan kami lihat, apakah ada perubahan yang mendasar, sehingga kompetisi bisa dimulai kembali.
Penghentiannya efektif mulai kapan?
Sejak Selasa kemarin.
Selain penghentian tersebut, apakah ada langkah konkret lain dari Kemenpora?
Kita tunggu saja selama dua minggu ini. Kami akan melihat nanti, sekaligus kami akan menyiapkan model simbiosis mutualisme antara federasi dengan suporter, federasi dengan klub, dan klub dengan suporter. Karena yang terjadi di suporter, mungkin saja karena ada yang keliru di federasi dan klub. Sehingga satu sama lain harus saling menjaga.
Dalam konteks mengedukasi siapa yang mesti bertanggung jawab?
Pemerintah masih menggarisbawahi tagline dari PSSI, profesional dan bermartabat. Kalau semua dilakukan secara profesional, bermartabat, hukum ditegakkan, regulasi dilaksanakan secara konsekuen, maka saya kira kita akan punya harapan yang lebih besar lagi bagi masyarakat sepakbola.