Wakil Ketua Komisi X DPR RI Sutan Adil Hendra menyoroti rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Sebab, menurutnya, hal ini akan berdampak langsung pada rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) di Tanah Air.
Dia menjelaskan, di tengah kondisi Indonesia yang sedang menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), membuat masyarakat Indonesia akan sangat sulit untuk bersaing dengan masyarakat dari negara lain di ASEAN.
Karenanya, kata dia, untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia harus dimulai dari sekolah.
"Sekolah itu merupakan tempat yang dirancang untuk melaksanakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa, yang tentunya kegiatan itu tidak terlepas dari aktifitas membaca. Maka dari sinilah pentingnya mengembangkan budaya membaca di sekolah," kata di Jakarta, Minggu (27/1/2019).
"Kita berharap aktifitas membaca bisa menjadi budaya bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang berkemajuan," tambahnya.
Diketahui, survei United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 2016, indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen.
Angka 0, 001 itu artinya, hanya ada satu orang dari 1000 penduduk yang masih ‘mau’ membaca buku secara serius (tinggi). Kondisi ini menempatkan Indonesia pada posisi 124 dari 187 negara dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Politisi Partai Gerindra itu juga menyinggung Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, melalui pembiasaan membaca buku non-pelajaran selama 15 menit setiap hari sebelum pembelajaran dimulai merupakan payung bagi keberlangsungan Gerakan Literasi Sekolah yang dirintis oleh Satria Darma untuk dijadikan sebuah program nasional.
Pemerintah pun harus bisa mendefinisikan literasi dari perspektif yang lebih kontekstual.
"National Institute for Literacy mendefinisikan literasi sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat," jelas dia.
"Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu, karena inilah yang membuat literasi ini berkolaborasi dengan mutu hidup dan kehidupan seseorang," imbuhnya.