Sebagai salah satu holding BUMN di bidang pertambangan, yang juga memiliki kinerja yang cukup baik dalam beberapa tahun terakhir ini, PT. Bukit Asam masih menjadi penopang kebutuhan energi listrik nasional. Namun demikian Komisi VII DPR RI akan mempersiapkan PT. Bukit Asam untuk menghadapi transisi energi yang akan datang.
"Jadi kita ingin mempersiapkan PT. Bukit Asam, karena cadangan batubaranya masih besar dan sangat besar, dan itu bisa merancang strategi bisnis terkait perkembangan transisi energi tersebut misalnya ke Dimethyl Ether atau DME gitukan," kata Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Bambang Haryadi, usai memimpin Focus Group Discussion dengan PT. Bukit Asam di Bandar Lampung, Kamis (23/11/2023).
Bambang sendiri mengapresiasi kinerja PT. Bukit Asam yang cukup memuaskan beberapa tahun terakhir ini, mengingat sisi keuntungan tiap tahunnya terus meningkat, ditambah PT. Bukit Asam juga mendominasi kebutuhan energi listrik bagi PLN, dimana energi listrik PLN masih didominasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan mayoritas secara keseluruhan hal itu disokong oleh PT. Bukit Asam.
Namun, Bambang juga berpendapat, meskipun memiliki keuntungan yang cukup baik setiap tahunnya, tapi nilai keekonomian PT. Bukit Asam masih belum berimbang dengan nilai investasinya.
"Ya sampai saat ini nilai keekonomiannya masih tidak berimbanglah dari investasinya, kita berharap ke depan ada perbaikan teknologi sehingga menghasilkan keuntungan yang lebih bagus dibanding dengan teknologi yang saat ini ada," harapnya.
Selanjutnya Bambang menambahkan, dengan adanya kebutuhan bahan baku untuk PLTU yang dimiliki PLN dan besaran Domestic Market Obligation (DMO) yang dimiliki PT. Bukit Asam melebihi besaran DMO swasta, dirinya meyakini jika DMO PT. Bukit Asam kepada PLN tidak mencapai 60 persen, maka keuntungan yang dapat diraih PT. Bukit Asam juga pasti lebih besar.
"Iya karena adanya PT. Bukit Asam inilah yang memasok PLN dulukan hampir ini, adanya DMO untuk ini, bahwa ada kewajiban seluruh perusahaan tambang menyisakan 25 persen untuk kebutuhan listrik dalam negeri, itupun masih kurang dan hampir semua itu disokong oleh PT. Bukit Asam, jadi kita bisa bayangkan kalau PT. Bukit Asam hanya kita berikan sama dengan swasta DMO 25 persen, maka saya yakin keuntungan PT. Bukit Asam bisa berkali-kali lipatlah dari keuntungan sekarang," tandasnya.
Selain itu, Bambang juga ingin meningkatkan produksi PT. Bukit Asam menjelang transisi energi bersih mendatang, salah satu caranya dengan menjalin kerja sama antara PT. Bukit Asam dengan PT. KAI dalam membangun rel ganda.
"Kita ingin meningkatkan produksinya karena cadangannya masih sangat banyak, salah satunya adalah dengan kerja sama kedua perusahaan dengan membangun jalur rel ganda. Karena Kita kan tahu kan bahwa ke depan juga batu bara ada kemungkinan akan turun, minimal kita maksimalkan produksinya sekarang daripada mubazir," tutupnya.