Sekalipun kehidupan sudah modern, namun wanita masih mendapatkan kesenjangan peran di bidang publik dibandingkan dengan pria. Begitulah pendapat dari Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas.
“Emansipasi belum terealisasi secara maksimal dalam kehidupan publik di negeri ini, masih terjadi diskriminasi terhadap wanita,” kata Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah secara eksklusif kepada Okezone di Gedung Nusantara III DPR RI, Jakarta, baru-baru ini.
Menurut istri Sultan Hamengkubuwono X ini, kultur patriarkhi masih kental. Dalam aspek pendidikan, wanita tertinggal dibandingkan lawan jenisnya. Alasannya, hal ini disebabkan adanya pandangan dalam masyarakat yang mengutamakan dan mendahulukan pria mendapatkan pendidikan daripada wanita.
“Di bidang ekonomi, secara umum partisipasi wanita sangat rendah, kemampuan wanita memperoleh peluang kerja dan berusaha masih rendah, demikian juga akses terhadap sumber daya ekonomi. Begitu juga di bidang kesehatan, politik, budaya, dan aspek-aspek lainnya,” ulasnya.
Menurutnya, ketertinggalan kaum wanita ternyata menjadi permasalah yang tidak saja merugikan dirinya sendiri, tetapi juga pembangunan nasional atau daerah secara keseluruhan.
“Jadi cita-cita untuk meningkatkan keadilan dan kesejahteraan, khususnya bagi wanita sangat panjang. Banyak kendala yang menghalangi wanita untuk maju, antara lain nilai budaya dan mitos-mitos yang menyudutkan wanita,” tutupnya.