Berita Anggota Parlemen

Pemimpin Indonesia Harus Punya Sikap Astabrata

Bangsa Indonesia saat ini sedang mencari pemimpin yang bijak, mengabdi kepada rakyat dan merakyat. Berbagai rumus kepemimpinan sebenarnya sudah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan kuno.

"Tinggal bagaimana kita memahami kembali dan mengaplikasikan di jaman ini. Salah satu yang bisa dijadikan acuan adalah Astrabrata," ujar  Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PDIP Dewi Aryani dalam rilisnya yang diterima JurnalParlemen, Sabtu (10/8).

Astabrata, kata Dewi, cocok dipakai sebagai dasar pengabdian pemimpin bangsa.

Astabrata bersifat universal, bisa diterapkan dimana saja sepanjang masa. Bila dijalankan secara integratif, dunia aman dan damai. Yang jadi pertanyaan adalah, mampukah para pemimpin dan para calon pemimpin di Indonesia berlaku demikian, demi menciptakan tata titi tentrem kerta raharja, dan mamayu hayuning bawana (menjaga ketertiban dunia) dan bukan sekadar slogan?

Dewi menuturkan masyarakat Jawa beranggapan bahwa ratu (pemimpin) adalah titisan Wisnu. Ia mengayomi semua pihak tanpa pandang bulu, semua diperlakukan sama. Dalam diri seorang pemimpin bersemayam 8 dewa, Betara Indra, Yama, Surya, Candra, Anila, Kuwera, Bharuna, dan Agni. Ia menjelma sebagai ratu gung binathara trah andana warih, trahing kusuma rembesing madu. Ia berwibawa.

Maksudnya, setiap pemimpin harus, mengikuti 8 Ambeging. Pertama, Ambeging lintang, bahwa seorang pemimpin harus takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan menjadi teladan bagi masyarakat, bercita-cita tinggi, dengan semboyan mamayu hayuning bawana demi kesejahteraan dunia.

Kedua, Ambeging surya, bahwa seorang pemimpin harus mengikuti watak dewa matahari. Ia sabar dan setia, panas yang membara di musim kemarau, mampu memberikan kekuatan pada semua makhluk. Ia bertindak adil, berwibawa, merakyat, tanpa pamrih, setia kepada negara dan bangsa sepanjang masa.

Ketiga, Ambeging rembulan, bahwa seorang pemimpin harus memiliki watak seperti dewa bulan. Dia memberikan penerangan dalam kegelapan. Pemimpin harus dapat menciptakan suasana gembira, damai, memberikan solusi saat rakyat bermasalah. Sinarnya yang lembut mampu memberikan kedamaian dan kesejukan bagi rakyat yang sedang menderita.

Keempat, Ambeging angin, bahwa pemimpin harus memberikan kesejukan bagi rakyat. Angin bertiup menyejukkan. Pemimpin harus mampu memberikan solusi terhadap berbagai masalah yang dihadapi rakyat.

Kelima,  Ambeging mendung. Awan yang menggantung memang menakutkan. Tetapi ia juga memberikan kegembiraan bagi makhluk hidup. Mendung selalu menaburkan hujan. Pemimpin harus berwibawa tetapi tidak menakutkan, sehingga timbul sikap ajrih asih, dan membagikan rezeki kepada rakyat secara merata.

Keenam,  Ambeging geni, bahwa api memiliki watak panas. Pemimpin harus mampu menegakkan keadilan, dikaitkan dengan pemberantasan kejahatan dan terutama korupsi yg sdh merajalela saat ini. Siapa pun yang melanggar undang-undang harus dipidana setimpal dengan kesalahannya.

Ketujuh, Ambeging banyu, bahwa banyu identik dengan laut. Seorang pemimpin harus berwatak samudera dalam arti sabar, berwawasan luas, bisa meredam berbagai masalah bangsa, tanggap, pemaaf, dan menentramkan jiwa rakyat.

Kedelapan, Ambeging bumi. Bumi pertiwi itu sabar, adil, pemurah dan pengasih. Ia memberikan berbagai anugerah kepada umat, berupa sumber daya alam dan mineral, tetumbuhan dan binatang demi kesejahteraan umat manusia. Dengan anugerahnya umat bisa merasakan kemakmuran dan terciptalah kedamaian.

Diposting 11-08-2013.

Dia dalam berita ini...

DPR-RI 2009 Jawa Tengah IX
Partai: PDIP