Pemimpin nasional Indonesia mendatang, harus memenuhi rumusan "astabrata" yang universal guna membangun Indonesia menjadi bangsa dan negara yang aman dan damai.
"Astabrata adalah salah satu rumusan kepemimpinan nasional yang sudah ada sejak zaman kerajaan kuno di Nusantara dan bisa diterapkan di Indonesia saat ini," kata anggota DPR Dewi Aryani, di Jakarta, Minggu (11/8).
Dewi Aryani menilai, pemimpin nasional yang dibutuhkan bangsa Indonesia saat ini adalah figur yang bijaksana, merakyat, serta mengabdi kepada rakyat.
Figur pemimpin merakyat tersebut, tutur dia, sudah ada sejak zaman kerajaan kuno di Nusantara salah satunya tertuang dalam rumusan Astabrata yang tetap bisa diterapkan di Indonesia modern saat ini.
"Astabrata bersifat universal sehingga bisa diterapkan di mana saja sepanjang masa. Bila dijalankan secara integratif maka dunia akan aman dan damai," katanya.
Anggota Komisi VII DPR ini, menjelaskan, dalam masyarakat Jawa beranggapan bahwa pemimpin adalah titisan Dewa Wisnu yang bersikap adil dan bijaksana serta mengayomi seluruh rakyat tanpa pandang bulu.
Dalam rumusan tersebut, ucap dia, pemimpin nasional Indonesia mendatang harus memenuhi delapan kriteria meliputi, pertama, pemimpin nasional harus takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjadi teladan bagi masyarakat, visioner, serta memiliki komitmen nasional yang tinggi untuk kesejahteraan dunia.
Kedua, pemimpin nasional harus sabar dan setia, serta mampu memberikan kekuatan pada semua makhluk. "Pemimpin harus bertindak adil, berwibawa, merakyat, tanpa pamrih, serta setia kepada negara dan bangsa sepanjang masa," katanya.
Ketiga, pemimpin nasional harus memiliki watak seperti dewa bulan yakni memberikan penerangan dalam kegelapan. Pemimpin nasional, lanjut dia, harus dapat menciptakan suasana gembira, damai, memberikan solusi pada saat rakyat yang sedang bermasalah. "Sinar rembulan yang lembut mampu memberikan kedamaian dan kesejukan bagi rakyat yang sedang menderitam" katanya.
Keempat, pemimpin nasional harus memberikan kesejukan bagi rakyat seperti angin bertiup menyejukkan yakni harus mampu memberikan solusi terhadap berbagai masalah yang dihadapi rakyat.
Kelima, pemimpin nasional harus berwibawa tetapi tidak menakutkan, sehingga timbul sikap peduli dan membagikan rezeki kepada rakyat secara merata.
Keenam, pemimpin nasional harus mampu menegakkan keadilan dalam pemberantasan kejahatan, terutama korupsi yang sudah merajalela saat ini. "Siapa pun yang melanggar undang-undang harus dipidana setimpal dengan kesalahannya," katanya.
Ketujuh, pemimpin nasional bersikap sabar, berwawasan luas, bisa meredam berbagai masalah bangsa, tanggap, pemaaf, dan menentramkan jiwa rakyat.
Kemudian, kedelapan, pemimpin nasional harus bersikap sabar, adil, pemurah dan pengasih dengan memberikan berbagai anugerah kepada umat, berupa sumber daya alam dan mineral, tumbuhan dan binatang demi kesejahteraan umat manusia.
Menurut Dewi, pertanyaannya saat ini, mampukah para tokoh yang namanya disebut-sebut dalam bursa calon presiden memiliki sikap dan perilaku demikian, guna menciptakan tata titi tentrem kerta raharja, serta menjaga ketertiban dunia.
"Delapan rumsan tersebut, benar-benar diterapkan, bukan sekadar slogan," kata calon anggota legislatif dari daerah pemilihan Jawa Tengah IX ini.