Budayawan asli Betawi Ridwan Saidi mengungkapkan bahwa setiap lokasi di Ibu Kota memiliki cerita tersendiri yang harus dihormati. Ia menegaskan tidak setuju perubahan nama-nama tempat bersejarah.
"Jangan seenaknya berupaya mengganti nama-nama lokasi yang ada di Jakarta. Itu karena setiap nama punya arti sejarah. Ada cara lain untuk menghormati pahlawan-pahlawan kita di luar menjadikannya nama tempat," ujar Ridwan, dalam diskusi di Gedung DPD RI, Rabu (11/9).
Kalau usulan itu terus berdatangan, sambungnya, cepat atau lambat lokasi-lokasi yang punya makna sejarah khususnya bagi orang Betawi akan tergerus dan terlupakan.
"Kawasan Monas itu adalah saksi bisu sejarah. Di situlah titik pusat perjuangan untuk menuju kemerdekaan. Nama Medan itu juga salah satu cara untuk menghargai pejuang asal Sumatera dan Sulawesi yang banyak berperan dalam proses kemerdekaan," ujarnya.
Penolakan itu ia tegaskan untuk menanggapi usulan senator Provinsi DKI Jakarta AM Fatwa untuk mengganti nama Jalan Medan Merdeka Utara menjadi Jalan Bung Karno dan Jalan Medan Merdeka Selatan jadi Jalan Bung Hatta.
Sebelumnya, Tim 17 yang diketuai Jimly Asshidiqie, telah mengadakan pertemuan dengan Ketua MPR RI Sidarto Danusubroto dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, guna memberi laporan soal usulan perubahan nama jalan tersebut, termasuk nama jalan Soeharto untuk Medan Merdeka Barat dan Ali Sadikin untuk Medan Merdeka Timur.
"Tujuan dari usulan perubahan nama jalan ini adalah terciptanya rekonsiliasi antarsuku dan keturunan para pendiri bangsa Indonesia. Selain itu, untuk merehabilitasi nama Bung Karno yang pada masa Orde Baru diperlakukan tak layak," kata AM Fatwa.