Ketua DPR RI Marzuki Alie menyoroti kesenjangan mendalam terkait distribusi guru diseluruh Tanah Air yang belum merata antara satu daerah dengan daerah lainnya sehingga hal tersebut menjadi salah satu masalah besar dalam pendidikan.
Ketika mengunjungi Yayasan Perguruan Khairul Imam di Medan, Marzuki mengatakan, kurangya pemerataan guru itu menyebabkan kualitas pendidikan di Tanah Air juga ikut kurang merata. Padahal peranan guru tersebut sangat penting untuk menjelaskan materi pengajaran, termasuk dalam merealisasikan tujuan kurikulum yang ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Keberadaan guru yang kurang merata itu umumnya terjadi di daerah-daerah sehingga mengurangi kualitas pendidikan di luar wilayah perkotaan tersebut. Menurut Marzuki, Kondisi itu disebabkan banyaknya kalangan guru yang tidak memiliki kesiapan mental untuk memberikan pengabdian di daerah.
Padahal, ketika akan diangkat menjadi PNS, calon guru tersebut menandatangani surat komitmen yang berisi kesiapan untuk ditempatkan di daerah mana pun dalam wilayah nusantara. “Namun, ketika sudah lulus, mereka banyak mengurus persyaratan supaya bisa pindah. Mereka tidak siap di daerah,” katanya.
Keberadaan guru untuk membina murid tersebut sangat penting, terutama bagi kalangan pelajar di daerah. Berbagai bangunan sekolah yang ada selama ini terkesan menjadi sia-sia disebabkan kurangnya pemerataan guru tertsebut. “Membangun fisik gedung gampang. Namun kalau tidak ada guru yang membina, itu masalah,” katanya.
Disebabkan pentingnya peranan guru tersebut, pemerintah berupaya memperbaiki taraf kesejahteraan mereka dengan meningkatkan penghasilan melalui sejumlah tunjangan. Marzuki Alie kemudian mencontohkan pemberian tunjangan sertifikasi. “Kini, penghasilan guru lebih besar dari PNS lainnya,” katanya.
Sementara itu dalam kunjungannya ke Yayasan Perguruan Khairul Imam milik Ketua Fraksi PPP DPR RI Hazrul Azwar di Kelurahan Sukamaja, Kecamatan Medan Johor, Marzuki Alie meninjau sejumlah ruang belajar dan fasilitas di perguruan yang memberikan pendidikan gratis bagi anak fakir miskin tersebut.
Menurut Hazrul Azwar, perguruan yang telah berdiri sejak delapan tahun lalu itu memadukan pendidikan agama dan umum.
Meski bangunan terlihat megah, tetapi perguruan tersebut juga banyak diisi anak dari keluarga fakir miskin dengan biaya pendidikan yang digratiskan. “Di sini ada anak tukang becak, tukang bangunan, hingga pemulung. Mereka dicek apakah miskin atau tidak. Kalau memang miskin, semua biaya digratiskan. Jadi, sedikit pun tidak diniatkan untuk bisnis,” katanya.
Politisi PPP itu menjelaskan, perguruan tersebut menawarkan program pendidikan yang dapat menciptakan generasi muda yang berilmu pengetahuan tetapi memiliki pengetahuan dan pemahaman agama yang kuat.
Sebelum masuk ruang belajar pukul 07.30 WIB, seluruh siswa diajak shalat dhuha atau ibadah untuk mempermudah rezeki yang dilakukan setiap hari. Kemudian, seluruh siswa diharuskan melaksanakan Shalat Zuhur dan Ashar secara berjamaah untuk meningkatkan rasa kebersamaan. Sedangkan pendidikan umum yang diberikan sama seperti lembaga pendidikan lainnya, tetapi ditambah dengan pengajaran khusus untuk tiga bahasa asing yakni Arab, Inggris, dan Mandarin.
Pemberian kemampuan bahasa asing itu dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang mampu menyahuti tantangan zaman.