Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah mengatakan, jargon 'revolusi mental' yang didengungkan Presiden Joko Widodo di momen kampanye Pilpres silam, kian tak terwujud saat ini.
Ia mencontohkan, beberapa hal yang di awal pemerintahan Joko Widodo sempat menjadi atensi publik.
"Dulu ngasih judul tapi isinya tidak ada, dulu ngasih judul revolusi mental. Makan ubi-ubian, lompat pagar, sekarang gimana?" tutur Fahri Hamzah.
Fahri Hamzah menuturkan, pemerintah juga mencanangkan Indonesia sebagai negara poros maritim.
Namun, menurutnya, presiden lebih suka berada di Bogor yang justru banyak gunung bukan lautan.
"Pemerintah canangkan poros maritim, tapi kantor presiden lebih sering di Bogor. Bogor yang ada hanya gunung, bukan laut. Untuk wujudkan poros maritim hendaknya (kediaman) presiden berkantor di sekitar laut, misalnya Kepulauan Seribu," ujar Fahri Hamzah.
Masih kata Fahri, apa yang diucapkannya adalah kritik membangun agar presiden mampu mewujudkan program kerjanya.
Dikatakannya, presiden harus siap diomeli karena kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat itu harus dikritisi.
"Saya digaji rakyat untuk mengomeli pemerintah. Kalau saya tidak mengomeli pemerintah dibilang tidak ada kerjaannya, saya sama saja seperti konsultan dong," tutur Fahri Hamzah.