Syamsul Fajrih mendapat pelukan hangat dari para sanak keluarganya ketika akan berangkat ke Jakarta, Minggu (2/9/2018).
Anggota DPRD Kota Malang dari PPP itu naik bus menuju Bandara Internasional Juanda di Sidoarjo. Sebelum menaiki bus, Fajrih menyempatkan diri untuk berpamitan dengan keluarga. Mulai dari kakak, adik, orangtua hingga paman turut mengantar Fajrih.
Sekadar informasi, ada 22 Anggota DPRD Kota Malang yang berangkat secara rombongan menuju Jakarta. Mereka akan memenuhi panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menjalani pemeriksaan terkait kasus suap APBD perubahan Kota Malang Tahun 2015.
Kata Fajrih, keluarganya datang untuk memberikan dukungan. Fajrih memeluk satu persatu keluarga yang hadir. Ada 10 orang sanak famili Fajrih yang turut mengantar keberangkatannya. Beberapa di antaranya terlihat menangis ketika berpelukan Fajrih.
“Semangat ya bapak anggota dewan,” teriak seorang kelaurga.
Fajrih yakin dirinya tidak salah dalam kasus suap APBD perubahan Kota Malang Tahun 2015. Ia juga mengatakan tidak menerima uang suap.
"Saya tidak menerima uang suap itu. Tidak ada persiapan khusus. Tentunya diantar keluarga untuk memberikan motivasi memberi semangat," kata Fajrih.
Tidak ada persiapan spesial menjelang keberangkatannya ke Jakarta. Fajrih juga tidak terlihat membawa banyak pakaian. Namun Fajrih mengaku membawa Alquran sebagai bekal.
"Saya hanya bawa Alquran. Saya kan muslim, jadi bawa Alquran. Siap tidak siap saya harus siap memenuhi panggilan KPK," tutur Fajrih.
Sutrisno, sepupu Fajrih mengatakan selalu memberikan dukungan kepada Fajrih. Meskipun salah atau tidak di hadapan hukum, Fajrih akan tetap memberikan dukungan.
“Keluarga tetap mendukung, apapun yang terjadi tetap mendukung,” ujarnya.
Para keluarga mendapat informasi akan keberangkatan Fajrih semalam sebelumnya. Kata Sutris, Fajrih ingin berpamitan dengan hati yang tulus sebelum berangkat ke Jakarta.
“Mulai tadi malam informasinya. Ia minta dukungan dan berterima kasih, kemudian minta pamitan dengan hati nurani,” ujarnya.
Sedangkan Sugiarto anggota DPRD dari PKS mengaku jika dirinya tersakiti atas tuduhan oleh mantan ketua DPRD Kota Malang Arief Wicaksono yang telah menjadi tersangka terlebih dahulu. Menurut Sugiarto, omongan Arief Wicaksono yang mengatakn seluruh anggota DPRD Kota Malang menerima aliran dana tidak benar.
Sugiarto menyangkal menerima aliran uang dari Arief Wicaksono. Ia menduga, aliran uang tidak sampai ke dirinya karena prosesnya adalah estafet.
“Kalau mengantri kan berbaris menunggu, dan kelihatan. Nah kalau ini estafet. Jadi bisa saja jatuh di tengah sebelum sampai. Paham maksudnya?” ujar Sugiarto.
Sugiarto pun terang-terangan mengatakan dirinya sebagai pihak yang tersakiti. Pasalnya, Sugiarto merasa tidak menerima apapun namun menjadi korban atas kasus ini.
"Saya tersakiti dalam konteks ini saya terdzalimi. Yang nuduh saya dipersidangan siapa, cuma Pak Arief. Padahal saya tidak menerima yang diberikan Pak Arief," ujar Sugiharto dari dalam bus.
Bus yang mengantar para anggota dewan itu berangkat dari Jl Sultan Agung, depan SMA 3 Malang. Namun baru dua orang yang masuk, bus langsung berangkat menuu Bandara Internasional Juanda sekitar pukul 14.30 wib.
Ada 22 nama anggota DPRD Kota Malang yang dipanggil KPK. Mereka adalah, Asia Iriani (PPP), Indra Tjahyono (Demokrat) Choeroel Anwar (Golkar), Moh Fadli (Nasdem), Bambang Triyoso (PKS), Een Ambarsari (Gerindra), Erni Farida (PDI-P), Syamsul Fajrih (PPP), Choirul Amri (PKS) Dr Teguh Mulyono (PDI-P), Imam Ghozali (Hanura).
Lektkol Purn Suparno (Gerindra), Afdhal Fauza (Hanura), Soni Yudiarto (Demokrat), Ribut Haryanto (Golkar), Teguh Puji Wahyono (Gerindra), Harun Prasojo (PAN), Hadi Susanto (PDI-P), Diana Yanti (PDI-P), Sugiarto (PKS) Arief Hermanto (PDI-P) dan Mulyanto (PKB).