WAKIL Ketua Komisi VI DPR RI Mohamad Hekal mengapresiasi kinerja PT Perkebunan Nusantara seluruh regional atas pencapaian keuntungan bersih (net profit) di tahun lalu. Keuntungan tersebut sebagian besar didapat dari lahan sawit.
“Alhamdulillah PTPN Tahun 2022 lalu mendapatkan keuntungan sebesar Rp5,5 triliun. Ini saja baru dari sawit. Bahkan, menurut Dirut PTPN holding di Jawa Barat, harusnya value bisa lebih besar. Kita bisa lihat nanti ke depannya PTPN Group harusnya (bisa) menjadi suatu BUMN kebanggaan yang selama ini menjadi cemoohan (karena) utangnya Rp40 triliun,” jelas Hekal kepada Parlementaria, usai melakukan Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspik) Komisi VI dengan PTPN III dan PTPN VIII di Bandung, Jawa Barat.
Politisi Fraksi Partai Gerindra ini juga berharap agar PTPN VIII bisa lebih dikembangkan lagi dalam sektor pariwisata. Juga diharapkan dapat lebih produktif lagi di dalam pengelolaan kebun teh yang saat ini sudah mulai mengalami sunset industry di Jawa Barat. Sunset industry merupakan industri yang mulai mengalami kemunduran karena kemunculan teknologi industri 4.0
“Ternyata PTPN VIII juga punya lahan sawit 22 ribu hektar. Tapi, di luar itu, dia punya potensi pariwisata. Karena orang mungkin taunya ‘Walini’ yaitu kebun teh. Nah, kebun teh ini sudah Sunset Industry jadi harus dipadu dengan pariwisata. Mungkin dilokalisasi di mana tehnya yang mau kita lestarikan dan selebihnya harus ditukar untuk yang produktif. Kalau menurut Dirut PTPN, Pak Ghani, nanti di dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan justru PTPN di Jawa Barat ini mungkin mempunyai nilai lebih besar daripada kelapa sawit yang sekarang menjadi unggulannya di PTPN,” ujar pria yang juga sebagai Ketua Tim Kunspik Komisi VI tersebut.
Legislator Dapil Jawa Tengah IX itu menjelaskan profit yang luar biasa didapat oleh PTPN VIII ini karena adanya Commodity Supercycle, yaitu adanya harga komoditas naik secara signifikan melebihi rata-rata dan tingginya angka permintaan.
“Profit yang luar biasa ini kan salah satunya memang ditopang oleh adanya Commodity Supercycle, di mana harga-harga komoditi meningkat dan bahkan malah PTPN sekarang untuk tingkat produktivitas per hektar kebun sawit menjadi penghasil kedua tertinggi di Indonesia. Kita berharap ini bisa terus berkembang, walaupun nanti misalnya Commodity Supercycle sudah selesai kalau perusahaannya sudah efisien dia akan tetap hidup. Dia akan tetap profitable, justru dengan modal yang dia punya dari keuntungan yang luar biasa Rp5,5 triliun cash-nya ada Rp13 triliun mudah-mudahan ini bisa dipakai untuk mengangkat PTPN yang lain supaya nanti semuanya bisa ikut berkontribusi positif,” ungkapnya.
Hekal berharap ke depannya agar PTPN regional yang lain juga bisa mendapatkan Net Profit lebih baik.
“Kami rasa juga PTPN ini menjadi penyumbang perekonomian Indonesia dengan membuka lapangan pekerjaan baru, bahkan potential value yang ada di BUMN kita. Alhamdullilah kita support Pak Dirut dan Manajemen PTPN untuk terus melakukan perbaikan. Mudah-mudahan dalam beberapa tahun ini PTPN lain yang masih rugi termasuk PTPN VIII sudah bisa positif semua,” tutupnya.