Ternyata jalan tol macet tak cuma ada di Jakarta, tetapi mampir pula di Belanda. Acara delegasi Badan Akuntabilitas Keuangan Negara Dewan Perwakilan Rakyat pun terpaksa ditunda hingga 45 menit. Padahal, Negeri Kincir Angin dikenal dengan budaya tepat waktu.
Mantan Sekretaris Jendral Algemene Rekenkamer (Badan Pemeriksa Keuangan Belanda), Maurits de Brauw, pun buru-buru meminta maaf begitu memasuki ruang rapat di Hotel Mercure, Den Haag, Senin 21 Mei 2012.
"Saya mohon maaf atas keterlambatan ini. Saya rasa tadi adalah macet terburuk di Den Haag," katanya. Padahal di hari biasa ia hanya butuh waktu 1,5 jam berkendara dengan mobil menuju Den Haag. "Saya berangkat pukul tujuh pagi dari rumah," ujarnya menjelaskan.
Permintaan maaf ini pun ditimpali dengan kelakar oleh anggota Dewan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Eva Sundari yang ikut dalam rombongan. "Sayang di sini enggak ada ojek," ujarnya.
Kunjungan delegasi ini dipimpin Ketua Badan Akuntabilitas, Sumarjati Arjoso, dari Partai Gerindra. Selain Eva, tiga anggota lainnya ikut hadir, yakni Yahya Sacawirya dari Partai Demokrat, Kamarudin Syam dari Partai Golkar, dan Nur Yasin dari Partai Kebangkitan Bangsa. Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Hasan Bisri turut serta pula.
Studi banding delegasi di Eropa berlangsung enam hari. Tiga hari pertama pekan lalu dilaksanakan di Inggris, sedangkan tiga hari berikutnya di Belanda. Selama tiga hari di Belanda, mereka bakal bertandang antara lain ke BPK Belanda, Kementerian Keuangan Belanda, dan Public Expenditure Committee, lembaga serupa BAKN di parlemen Belanda.
Tujuan utama kunjungan adalah peningkatan kapasitas kelembagaan yang hasilnya akan diolah sebagai bahan revisi Undang-Undang tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Studi banding ini dibiayai oleh lembaga donor Amerika Serikat, USAID.