Wakil Presiden Boediono diingatkan untuk tidak dulu berbicara tentang pengembangan nuklir sebagai salah satu sumber energi nasional. Pasalnya, saat ini ada masalah yang lebih penting yang belum bisa dituntaskan pemerintah, yaitu terkait tabung gas elpiji 3 kilogram yang kerap meledak.
“Pemerintah jangan berkhayal dulu mengembangkan nuklir. Tapi, selesaikan dulu tuh masalah ledakan tabung gas yang sampai saat ini belum juga selesai,” kata anggota Komisi VII Ali Kastela pada Minggu malam (22/8).
Dia melanjutkan, sampai awal Agustus lalu, jumlah ledakan gas sudah lebih dari 150 kasus dengan 70 orang lebih meninggal. Ini, menurut Ali, harus segera diselesaikan.
“Sayangnya, pemerintah masih tenang-tenang aja dengan senyum-senyum tanpa merasa berdosa,” tukasnya.
Seperti diketahui, Kamis lalu (19/8), saat menerima Peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan 44 Lemhannas di Istana Wapres, Boediono mengatakan perlunya Indonesia segera menguasai teknologi nuklir untuk pembangkit listrik. Ini mengingat di sejumlah negara maju, pembangkit listrik dari nuklir sudah mulai gencar.
"Teknologi yang tidak bisa tidak harus kita kuasai. Kita jangan terlena dengan begitu banyak sumber daya alam energi yang tersedia," kata Boediono saat itu.
Menurut Boediono, pembangkit nuklir itu memang memiliki resiko yang tinggi. Namun, semua energi yang dikelola pasti memiliki resiko. "Semuanya ada resiko. Untuk batubara ada resikonya, gas ada resiko. Jadi ini memang harus benar-benar kita pelajari," imbuhnya.
Ali mengakui, mengembangkan nuklir adalah hal yang perlu untuk memenuhi kebutuhan energi nasional di masa mendatang. Namun, kalau dilihat dari skala prioritas, pengembangan ini masih jauh dari penting.
“Jangan sampai pengembangkan nuklir ini malah mengalihkan perhatian kita untuk menuntaskan masalah ledakan gas yang sudah banyak menelan korban jiwa,” tandas anggota DPR dari Fraksi Hanura ini.