Sepeda motor dalam beberapa tahun terakhir cukup mendominasi jalanan-jalanan di Indonesia. Sepeda motor dianggap menjadi salah satu solusi di tengah kemacetan yang diakibatkan pembangunan infrastruktur. Semakin maraknya sepeda motor juga turut disumbang oleh transportasi umum yang belum memadai.
Pembangunan infrastruktur transportasi umum memang tengah gencar dilakukan khususnya di ibukota. Namun jika nantinya sudah terbangun dengan rapi, sepeda motor tak lantas ditinggalkan. Orang Indonesia masih membutuhkan sepeda motor.
"Mesti dilihat public transport yang siap dimana. Di Jepang, di Thailand walaupun transportasi massal ada mereka tetap butuh motor untuk mengantar dari rumah ke stasiun. Kan keretanya nggak di depan rumah," ungkap Ketua Bidang Komersial Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Sigit Kumala saat dihubungi detikOto, Kamis (29/11/2018).
Menurutnya peran motor belum bisa tergantikan meskipun seluruh transportasi umum sudah terintegrasi.
"Kan kita menjual karena ada kebutuhan konsumen kalau jalan tol nyambung semua, transportasi massal nyambung semua ya otomatis konsumen kan butuhnya feeder kan kendaraan feedernya ada nggak? Intinya kita dukung mensukseskan program pemerintah," tutur Sigit.
Penjualan motor di Indonesia sendiri pada tahun 2018 ini diharap bisa mencapai 6,25 juta unit. Hingga Oktober secara total sudah ada 5,3 juta unit motor yang terjual. Sebelumnya Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyebut jumlah motor di Indonesia sebaiknya dikurangi dengan cara menaikkan pajak.
Fahri mengungkapkan, di negara maju seperti Singapura, pajak kendaraan bermotor dinaikkan setinggi-tingginya. Tujuannya, agar masyarakat beralih menggunakan kendaraan umum.
"Jadi motor sebenarnya kendaraan yang sebaiknya dikurangi dari waktu ke waktu, bukan ditambah. Yang kita tambah itu mass public transportation, transportasi umum. Majunya keadaban suatu kota ditandai dengan mass transportation, bukan dengan menjamurnya motor," ujar Fahri.